Compromise with The Magic Words

1:50 PM

I do believe with the magic words. Magic words could change something beyond our imagination and beyond of our previous plan. But, if the words was spitting out with a seasoning that you called it as a magic and it doesn't follow with actions, it is similar with a big bullshit!
Sadar atau tidak sadar, kalimat persuasi akan selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Entah disampaikan oleh seorang sales marketing, orang yang baru dikenal, kolega, klien, seorang teman, tetangga, sahabat, keluarga, seorang pacar/pasangan atau bahkan seorang penipu.

Persuasi dilancarkan karena ada maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Lazimnya, persuasi disampaikan seseorang kepada orang lain yang dianggap potensial. Maksud dan tujuan yang hendak dicapai bervariasi, entah karena target pekerjaan, ajakan agar suatu individu atau kelompok melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang disampaikan, atau suatu usaha agar seseorang merubah pandangannya, keyakinannya, atau harapannya atas sesuatu. Yang pasti, orang yang mempersuasi itu bisa dipastikan jago dalam beretorika.

Kalimat pada paragraf di atas itu gak diambil dari buku manapun sih, hanya sekadar pendapat pribadi aja.

Ya, kalo ditilik lagi, semua yang kita lakukan pasti ada maksud dan tujuannya, bukan? Sekecil apapun aktivitas yang dilakukan atau sekecil apapun dampak atau efek dari maksud dan tujuan tersebut. Yang membedakan, sebesar apa dampak atau efek yang suatu individu atau kelompok inginkan sehingga maksud dan tujuan yang diinginkan tersebut dapat terimplementasikan oleh dirinya sendiri atau suatu kelompok atau secara menyeluruh dalam tiap lapisan masyarakat.

Pada blog kali ini gue mau sekadar sharing mengenai suatu usaha seseorang untuk membuat gue merubah pandangan, keyakinan, atau harapan atas sesuatu.

Beberapa waktu lalu, gue sudah kekeuh dengan pendirian gue atas suatu hal. Itu sudah rigid, dan tidak bisa diganggu gugat. *asyek!
Lalu, ada saja kata-kata ajaib yang bisa membuat kita berpikir lagi dan menimbang-nimbang lagi apakah keputusan yang sebelumnya kita ambil benar-benar tepat?

Adakalanya, kata-kata ajaib itu berhasil 'menaburkan sihirnya' bilamana orang yang piawai 'merayu' itu mampu meyakinkan dengan alasan yang logis, rasional, dan emosional.

Seketika, kita terhipnotis. Menerima begitu saja.

Tapi, percayalah, tak ada yang awet dan bertahan lama apabila diawali dengan sebuah persuasi semata, tanpa aksi nyata.

Ya, nggak ada yang awet, kalau hanya iming-iming semata tanpa ada bukti!

Karena, pada dasarnya, kita adalah manusia yang berpikir dan mampu mempelajari sebuah pola.
Pola yang sama membuat kita belajar dan paham atas suatu momen yang terjadi pada diri kita sendiri.
Seperti pepatah, Belajarlah dari kesalahan, jangan terjatuh di lubang yang sama.

Jatuh di lubang yang sama boleh saja, karena pasti ada pola yang sedikit berbeda dari pola sebelumnya sehingga kita bisa memutuskan dan menaruh harapan untuk mengambil langkah yang sama dengan pola yang sedikit berbeda. Biasanya bunyi dari harapan optimistis itu seperti, "Semoga langkah yang diambil saat ini adalah yang terbaik. tepat, dan mampu menyelesaikan masalah yang sebelumnya ada".

Walau akhirnya kita jatuh ke lubang yang sama, ada hikmah yang bisa kita ambil, tapi ada baiknya kita lebih kuat hati untuk tidak memilih langkah yang sama supaya kita bisa melihat hasil yang benar-benar berbeda atas diri kita sendiri. Putar arah saja 180 derajat. Jangan berjalan atau melalui tempat yang sama, atau malah berhenti di titik 0 derajat. Jangan juga capek-capek berputar 360 derajat karena hasilnya akan sama saja dengan tidak melakukan apa-apa.

Intinya, gue tetap pada keputusan gue. Jadi, kalau ada orang yang hanya bisa mempersuasi dan meyakinkan tapi tidak ada bukti setelahnya, segera sampaikan kepada orang tersebut agar jangan menjadi orang yang NATO alias No Action Talk Only!

END.



You Might Also Like

0 comments