Initial Support(s) for My Future Child

4:01 PM

 


On this blog, I'm gonna share with you my thoughts about 'what if I'm being a mom'. This is part of my inner-self at the present who talking to myself in the future. I'm writing this because I got a second chance; I got a new phase of turning point. God is so kind to me and I thank God because this miracle happened more than once. Now, I embrace the possibility of having child(s) someday, or if my little family in the future has to live with no child that's totally okay too. I just need a medium to tell myself, bcs this is a perfect time to feel grateful for everything attached in and on my body & soul. It's the first time that I can make sure that I could be a great mom someday. A person who has a chance to make them happy cus I'm his/her mother. They can't choose their parents but we can make them feel safe and grateful because have a family like ours. I look at how my parent and other parents raised their kids, so I took some notes: the initial support from parents is the most important thing to let the kids' brain grow optimally. Early childhood in their first 5 years is the process of brain development that could grow by 90% as size of the average adult brain and it has a lifelong impact. This phase will shape them along their journey so that they'll be ready to make their own decisions once they're grown as mature ones. It's the most essential and meaningful connection that will be last forever. It's not a task for the mother herself, but the presence of my future partner as their father will complete this too. I will call him as a life partner; as a lifetime member; to build the basic unit of the small foundation yet the warmest one. It's essential, because you and me, and... our future kids are the best thing that we can plan since we're young. (cie!!!)
Dear kiddo(s), these are special for you...
With love, Ibu.
 

Disclaimer: Ini adalah keinginan ideal aku nanti. Mungkin pada praktiknya nggak akan sama, atau malah nggak sesempurna dibayangkan. Tapi apa salahnya mencatat, supaya pas aku mencapai milestones tersebut, aku bisa recall soal ini untuk diriku.

Part I: Dear my future partner

Aku mulai ini dengan anggapan bahwa my lifetime partner in the future setuju untuk jadi tim yang sama-sama bisa membangun hubungan seimbang dan mau mengusahakan untuk membuka komunikasi yang sehat. Kalau lagi nggak sehat, kita jeda dulu sejenak, tapi nggak saling meninggalkan. Habis itu harus janji saling merengkuh pasangan untuk cari solusi sama-sama. Ketika sudah di tahap ini, mungkin ada hal yang mulai meluntur, tetapi menjaganya agar kebersamaan kita nggak meluntur membutuhkan usaha dari kedua belah pihak, bukan salah satu aja. Jadi, semoga aja aku bisa dapat partner yang bisa sama-sama membangun komunikasi yang terbuka dan bikin kita jadi tim yang bertumbuh in quality.

Aku perlu kamu bukan untuk ngebuat kita jadi saling kebergantungan, tapi harmonisasi dan bagi peran supaya kita sehat pikiran dan badan juga. Sampai sini setuju? Oke, ayo lanjut!

Pas kita udah punya anak, mengurus anak akan jadi proses kita membagi maupun bergeser peran. Kita bisa aja membagi tugas tapi bisa juga juggling melakukan tugas yang seharusnya aku lakukan ataupun sebaliknya. Eksistensi kedua peran ayah dan ibu (bahkan peran ayah dan ibu kita) pasti diperlukan. So, dear my future partner, ayo berbagi roles!

Part II: Dear my future kiddo(s)

Ayah dan Ibu Akan Mengusahakan Untuk Bagi Peran Untuk Merawat Kamu

Pentingnya ayah dan ibu ngebagi peran semoga nggak dipandang sebagai beban ya ceunah tapi proses yang menjadi tanggung jawab sama-sama, dan ayo bikin sentuhan ayah dan ibu jadi seimbang. Kita mulai atur pola pikir kalau ini bagian dari keseruan milestones hidup, bukan kewajiban yang menghilangkan kesenangan-kesenangan yang nggak bisa kita dapetin lagi pas masih sama-sama lajang. Supaya apa? Supaya kehadiran si bayik bisa kita hargai, karena mereka udah milih kita jadi orang tua mereka. Jangan sampe mereka ngerasain keabsenan dari salah satu pihak. Jangan sampe mereka jadi lebih ngerasa attached sama salah satu pihak aja. Jangan sampe ada istilah, si A anaknya ibu, si B anaknya ayah. 

Ayah dan Ibu Akan Mengusahakan Kalau Kebersamaan Kita Adalah Sesuatu yang Fun Tapi Bermakna

Saat si bayik berumur 0 tahun mungkin membuat kita akan lelah, harus ganti popok si bayik, ngurusin tubuh rentan yang masih mudah sakit atau bikin tubuh kecil kamu keseleo karena kami masih suka salah gendong. Mohon dimaklumi ya, kita sama-sama berproses belajar. Kami berproses menuju menjadi orang tua yang cakap, kamu berproses jadi bayi yang makin hari makin gede.hehehe

Kebersamaan kita saat kamu umur 0 tahun mungkin kamu nggak inget, tapi saat kamu mulai bisa merekam memori lucu-lucu itu, ayah dan ibu mau mengusahakan kalau memori-memori yang terkumpul adalah hal-hal menyenangkan saat kita main, saat kita makan, saat kita nonton kartun kocak, saat kita sama-sama ketawa atau dengerin cerita yang bikin kamu jadi takjub, "kok kayaknya keren banget!" Intinya, semoga yang kamu bisa inget adalah hal-hal yang fun tapi penuh makna.

Kalau sudah begitu, nanti pas gede kasih tahu kita ya, ingatan saat umur berapa yang membekas banget di memori kamu?

Ayah dan Ibu Akan Mengusahakan Untuk Membiarkan Kamu Mengeksplorasi Diri & Nggak Rigid

Kita akan mengusahakan untuk menjadi orang tua yang cool tapi inget kami tetep akan ngawasin karena heyyy kamu masih bayik heyyy... nggak usah ngadi-ngadi mau coba yang di luar kendali kamu. Ada waktunya, satu-satu ya, Nak. 

Ayah dan Ibu Akan Mengusahakan Nggak Ngatain Kamu, Karena Kita Tau Itu Nyakitin

Mungkin kamu belum paham apa itu sakit hati di umur segitu. Tapi, kami akan coba untuk nggak nge-body shaming-in kamu saat kamu lagi gembil-gembilnya atau gemes-gemesnya pinter ngomong ini itu. Kita akan coba ngomong straight as it is. Misalnya, ngomong, "Wih, kamu udah nambah tinggi! Minum susunya hebat nih!" trus kamu nanya. "Kenapa minum susu nambah tinggi?" trus kita jawab kayak orang tua pinter sedunia, "Iya, soalnya susu mengandung kalsium, itu baik buat tulang kamu biar kooat!" Terus kamu nanya lagi bawel, "Oh kalau nambah tinggi, hebat ya?" Terus kita nggak akan jawab, "Menurut lo?" Hahahaha... Enggakkk... Enggak! Kita akan jawab, "Iya, hebat doongg!"

Terus kami nggak akan muji kamu dengan maksud sebaliknya, misalnya, ngomong, "Jelek banget sih kamu" padahal maksudnya "Cakep banget kamu!!!". Hal itu dimaksudkan biar otak kamu nggak keder merespons hinaan yang kamu ngerasa harusnya kamu dapet pujian, trus bikin otak kamu nge-lag dan bertanya-tanya kenapa emak bapak gua ngatain gua??? Nggak, kami akan coba nggak ngelakuin itu. Kita akan coba keep it straight biar kamu jadi generasi yang lempeng pemikirannya. Okesip!

Ayah dan Ibu Akan Mengusahakan Marah Seperlunya dan Nggak Silent Treatment Kamu Biar Kamu Nggak Clueless

Mungkin kita ada kalanya marah, tapi yakin deh, itu pasti karena kami capek badan, hanya butuh istirahat. Semoga aja kita masih tetep waras untuk istirahat dan nggak jadiin kamu pelampiasan ya, Nak. Kalau emang diperlukan marah mungkin aja karena kamu bener-bener bader atau batu kalau dinasihatin. Kita akan mengusahakan marah seperlunya dan tetap rasional untuk kebaikan kamu. Semoga kita juga sempet eksplorasi unek-unek kamu biar kita bisa paham bayik kesayangan ini maunya apa dan mau di-treat-nya kayak apa. Untuk keputusan kamu bakal di-treat sesuai keinginan kamu atau engga, biar ayah dan ibu yang putusin ya.

Nah yang susah kalau kamu udah mulai tantrum nih! Tapi yang kepikiran sih tetep sama, kita akan coba eksplorasi kekesalan yang kamu hadapi, misalnya, kamu pingin minta dibeliin mainan trus karena nggak dibeliin kamu ngesot ngepel lantai mall. Kita akan mengusahakan nemenin kamu ngesot tapi jangan lama-lama, malu, Nak, diliatin orang. Dari rumah pake baju bersih, masa pulang-pulang bawa debu dari antah berantah? Jangan ya...hehehe

Nggak, nggak semelawak itu kok kita... Mungkin kita kesel juga, karena kamu tantrum trus kita panik kamu harus diapain, tapi kita nggak akan selalu nurutin kemauan kamu, dan jangan pakai air mata buayamu untuk meluluhlantantakkan hati ayah & ibu. Coba cari cara lain untuk tantrum, misalnya breakdance thematic concept sesuai tema mainan yang kamu lagi minta beliin. Hahahaha, enggak enggak... Intinya, kita akan mengusahakan untuk nggak memberikan umpatan pahit tapi kami akan coba kasih kamu pertanyaan kritis seperti, "Kamu kenapa?" "Kenapa mau itu?" "Cara dapetinnya gimana?" "Pake nangis bisa dapet nggak yang kamu mau?" "Are you really want it?" Pokoknya pertanyaan-pertanyaan smart yang bikin kamu lupa kalau kamu lagi nangis karena kamu sibuk mikir jawabannya apa. Kami akan memberikan kamu pemicu supaya kamu bisa mengutarakan perasaan kamu dan kemauan kamu tanpa nangis. Kata emak-emak yang udah punya anak, "Ngomong doang gampang lu Ni, gua liatin aja kalau anak lu tantrum nanti lu gimana?" Tenang, Nak, aku akan jawab, "Oke, aku mau coba! Ayo tantrum, biar Ibu punya pengalaman." Cie...

Trus, untuk silent treatment, jujur aku masih takut suka ketelepasan sih! Tapi, nanti kami akan mengusahakan untuk nggak silent treatment kamu, Nak. Kita akan coba jelaskan kalau kita lagi butuh waktu nih sekitar 10-15 menitan paling cepet untuk meredam marah atau dengan tenggat waktu tertentu. Boleh ya, dari pada kamu kesemprot lahar panas. Kita akan coba omongin ke kamu untuk diem yang cakep untuk nunggu kita ready ngomong sama kamu in a proper way. Semoga kami bisa ya...

Ayah dan Ibu Nggak Akan Ngebebanin Kamu dengan Keinginan Pribadi Kita

Kalau kamu mau jadi pilot atas kemauan kamu sendiri, boleh aja sih, tapi nanti kita cek rekening tabungan dulu ya, biaya sekolahnya nanti berapa M hahaha

Tapi kamu bebas kok mau jadi apa aja diumur balita, banyakin cita-cita, nanti kalau pas gede masih bingung juga nggak apa-apa. Kamu berproses sesuai kapabilitas kemampuan kamu aja. Kita akan ngusahain untuk nggak ngebebanin kamu dengan keinginan kita, karena kami tahu kamu pasti akan lebih enjoy jalanin apa yang betul-betul kamu niatkan dan ingin kejar. Jangan salah paham juga kalau kami akan coba fasilitasi bakat kamu atau ketertarikan kamu atas sesuatu pas udah agak gedean nanti. Ayah dan Ibu harap tiap hal yang kamu lakuin, kamu bisa ambil sisi fun dan maknanya buat kamu terapin jadi anak terkerennya ayah dan ibu. Kita juga berusaha enggak ngebandingin kamu dengan bocah tetangga yang sudah bisa ini itu tapi kamu belum bisa. Nggak apa-apa kalau belum bisa, semoga kita selalu isemangat anti kendor buat ajarin kamu sesuai dengan prosesnya kamu, bukan dari hasil pantulan proses orang lain.

Ayah dan Ibu Akan Mengusahakan Kasih Makna Dari Tiap Aktivitas yang Dilakukan (kalau ada)

Main-main yang akan kita lakuin bukan sekadar main-main, karena pasti ada maksudnya. Kita akan ngusahain kamu nggak ngernyitin dahi pas kita lagi jelasin kenapa begini, kenapa begitu. Sebisa mungkin kita coba selalu kasih maksud dan tujuan dari tiap aktivitas yang dilakukan setelah selesai melakukannya, tapi nggak pake proposal, verbal aja hahaha. Misalnya, pas kita lagi dongeng, itu maksudnya bukan hanya supaya kamu cepat tidur, tapi di luar itu, supaya daya imajinasi kamu bisa lebih lepas (kreatif) trus kosakata bahasa kamu makin banyak. Trus pas main seru-seruan maksud sebenernya untuk merangsang motorik biar kamu jadi anak yang sehat, kuat dan tangkas. Ajakin kamu nyanyi bukan karena kita diva atau pemenang ajang bakat Indonesian Idol, tapi maksudnya untuk latihan artikulasi,  dan ngenalin kamu kalau ngomong aja bisa ada nadanya. Trus apa lagi ya... Nanti kita coba pikirin ya... learning by doing.

Ayah dan Ibu Akan Mengusahakan Nggak Marah Atau Teriak Saat Ada Kamu

Sama halnya seperti poin sebelumnya, kita akan mengusahakan untuk membahas persoalan orang dewasa yang terkadang terdengar pelik dan mungkin menguras tenaga serta emosi tapi ngebahasnya nggak di depan kamu. Sehingga kamu nggak perlu melihat pemandangan yang nggak perlu dan bikin bayik segede kamu jadi overthinking. Tidak. Kalaupun kamu ngeliat itu, kami akan minta maaf dan coba jelasin kalau marahnya kami cuma sementara dan peluk kamu buat transfer energi aman supaya kamu nggak ketakutan. Okeee!

Itu aja dulu kali ya, kalau ada lagi nanti aku update ya...

***

Dear my future kiddo(s), terima kasih sudah mau bersabar, berjuang sama-sama saat di perut, hidup bersempit-sempitan di perut kehimpit lemak dan isi perut ibu. Kalau kamu jadi hadir, kehadiran kamu adalah proses panjang ibu yang hampir memiliki kesempatan nggak bisa punya kamu sama sekali. Kalau kamu jadi hadir ke dunia, kehadiran kamu adalah keajaiban dunia versi keluarga kita. Ada proses ibu berterima kasih sama rumah kecil dan sempit yang dulu kamu sempat singgahi, iya rahim ibu. Dia kuat banget, pasti dia juga seneng sama achievement ini. So, selamat datang ke dunia, terima kasih sudah memilih kita untuk jagain kamu sampe guedeee, amin. Doakan ayah ibu panjang umur dan sehat terus aja, supaya bisa liat kamu berproses. Tapi kalau udah tua jangan dimarahin ya... disayang-sayang, soalnya ayah dan ibu bisa jadi bayi juga kayak kamu, tapi jadi bayinya kelakuannya aja. Intinya, tulisan ini semoga nggak bikin kita (kamu, ayah atau ibu) jadi sedih dan menyesal kalau ada perilaku negatif yang kita nggak maksudkan dan sudah kadung dilakuin ke anak-anak atau ke orang tua. Ayo jaga kebersamaan kita dan jadi tim terhebat sedunia! 


 


You Might Also Like

0 comments